Senin, 07 Januari 2013

Kemampuan Koneksi Matematis

            Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk memberitahu pendapat atau perilaku bail langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Di dalam berkomunikasi tersebut harus dipikirkan bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan seseorang itu dapat dipahami orang lain. Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang dapat menyampaikan dengan berbagai bahasa termasuk bahasa matematis.
            Kemampuan siswa dalam menyamapaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau slaing berhubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di dalam kelas adalah guru dan siswa. Cara pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun tulisan.
            Di dalam pembelajaran matematika di kelas, komunikasi gagasan matematika bias berlangsung antara guru dan siswa, antara buku dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa. Menurut Hiebert setiap kali kita mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika, kita harus menyajikan gagasan tersebut dengan suatu cara tertentu. Ini merupakan hal yang sangat penting, sebab bila tidak demikian, komunikasi tersebut tidak akan berlangsung efektif. Gagasan tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan orang yang kita ajak berkomunikasi. Kita harus mampu menyesuaikan dengan system representasi yang mampu mereka gunakan. Tanpa itu, komunikasi hanya akan berlangsung satu arah dan tidak tepat sasaran.
            Within (1992) menyatakan kemampuan konunikasi penting ketika diskusi antar siswa dilakukan, dimana siswa diharapkan mampu menyarakan, menjelaskan, m]enggambarkan, mendengar, menanyakan, dan bekerjasama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika. Anak-anak yang diberikan kesempatan untuk berkerja dalam kelompok dalam mengumpulkan dan menyajikan data, mereka menunjukkan kemampuan baik di saat mereka saling mendengarkan ide yang satu dan yang lain, mendiskusikannya bersama kemudian menyusun kesimpulan yang menjadi pendapat kelompoknya. Ternyata mereka belajar sebagian besar dari komunikasi dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka.
            Menurut Utari Sumarno (dalam Sulastri, 2009), kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari kemampuan berikut :
·         Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika.
·         Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematis secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan alajabar
·         Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika
Dalam konteks matematika, siswa dilibatkan secara aktif untuk berbagai ide dengan siswa lain dalam mengerjakan soal-soal matematika. Ketika sebuah konsep informasi matematika diberikan oleh seorang guru kepada siswa ataupun siswa dilibatkan secara aktif dalam mengerjakan matematika, memikirkan ide-ide mereka, menulis, atau berbicara dengan dan mendengarkan siswa lain, dalam berbagai ide, maka saat itu sedang terjadi transformasi informasi matematika dari komunikator kepada komunikan, atau sedang terjadi komunikasi matematika.
Komunikasi dalam pembelajaran matematika adalah penting. Komunikasi dalam matematika menolong guru memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasikan dan mengekspresikan pemahamannya tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari. Sebagaimana yang dikatakan Peressini dan Bassett (NCTM, 1996) bahwa tanpa komunikasi dalam matematika kita akan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika. Dalam bagian lain, Lindquist (NCTM, 1996) berpendapat “Jika kita sepakat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasan terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi dari mengajar, belajar, dan meng-assess matematika:. Jadi jelaslah bahwa komunikasi matematika merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki pelaku dan pengguna matematika selama belajar dan mengajar matematika.
            Baroody (Ansari: 2003) mengatakan bahwa pembelajaran harus dapat membantu siswa mengkomunikasikan ide matematika melalui lima aspek komunikasi yaitu representing (representasi), listening (mendengar), reading (membaca), discussing (diskusi), dan writing (menulis).
Representing (representasi) adalah bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu masalah atau ide dan translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam simbol atau kata-kata (NCTM, 1998: 26). Misalnya, representasi bentuk perbandingan ke dalam beberapa model kongkrit, dan representasi suatu diagram ke dalam bentuk simbol atau kata-kata. Representasi dapat membantu anak menjelaskan konsep atau ide, dan memudahkan anak mendapatkan strategi pemecahan masalah (Ansari, 2003:21).
Listening (mendengar) merupakan aspek penting dalam suatu komunikasi. Seseoarang tidak akan memahami suatu informasi dengan baik apabila tidak mendengar yang diinformasikan. Dalam kegiatan pembelajran mendengar merupakan aspek penting. Ansari (2003: 23) mengatakan bahwa mendengar merupakan aspek penting dalam komunikasi. Siswa tidak akan mampu berkomentar dengan baik pabila tidak mampu mengambil intisari dari suatu topik diskusi. Siswa sebaiknya mendengar dengan berhati-hati manakala ada pertanyaan dan komentar teman-temannya, baroody (Ansari, 2003: 23) mengatakan bahwa mendengar secara hati-hati terhadap pertanyaan teman dalam suatu grup juga dapat membantu siswa mengkonstruksi lebih lengkap pengetahuan matematika dan mengatur strategi jawaban yang lebih efektif. Pentingnya mendengar juga dapat mendorong siswa berfikir tentang jawaban pertanyaan.
Reading (membaca) merupakan salah satu bentuk komunikasi matematika adalah kegiatan membaca matematika. Membaca matematika memiliki peran sentral dalam pembelajaran matematika. Sebab, kegiatan membaca mendorong siswa belajar bermakan secara aktif. Istilah membaca diartikan sebagai serangkaian keterampilan menyusun intisari informasi suatu teks.
Kemampuan mengemukakan ide matematika dari suatu teks, baik dalam nentuk lisan maupun tulisan merupakan bagian penting dari standar komunikasi matematika yang perlu dimiliki siswa. Sebab, seseorang pembaca dikatakan memahami teks tersebut secara bermakna apabila ia dapat mengemukakan ide dalam teks secara benar dalam bahasanya sendiri. Karena itu, untuk memeriksa apabila siswa telah memiliki kemampuan membaca teks matematika secara bermakana, maka dapat diestimasi melalui kemampuan siswa menyampaikan secara lisan atau menuliskan kembali ide matematika dengan bahasanya sendiri.
Discussing (diskusi) merupakan salah satu wahana berkomunikasi. Dalam diskusi akan terjadi transfer informasi antar komunikan, antar anggota kelompok diskusi tersebut, diskusi merupakan lanjutan dari membaca dan mendengar. Siswa akan mampu menjadi peserta diskusi yang baik, dapat berperan aktif dalm diskusi, dapat mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya apabila mempunyai kemampuan untuk membaca, mendengar, dan mempunyai keberanian yang memadai. Diskusi dapat menguntungkan, melalui diskusi siswa dapat memberikan wawasan baru bagi per\sertanya, juga diskusi dapat menanamkan dan meningkatkan cara berpikir kritis.
Beberapa kelebihan dari diskusi kelas menurut Baroody (Ansari, 2003: 25) antara lain:
·         Dapat mempercepat pemahaman materu pembelajaran dan kemahiran menggunakan strategi
·         Membantu siswa mengkonstruksi pemahaman matematik
·         Menginformasikan bahwa para ahli matematika biasanya tidak memecahakan masalah sendiri-sendiri, tetapi membangun ide bersama pakar lainnya dalam suatu tim
·         Membantu para siswa menganalisis dan memecahakan masalah secara bijaksana

Writing (menulis) merupakan salah satu kemampuan yang berkontribusi terhadap kemampuan komunikasi matematis adalah menulis. Dengan menulis, siswwa dapat mengungkapkan atau merefleksikan pikirannya lewat tulisan (dituangkan di atas kertas atau alat tulis lainnya). Dengan menulis, siswa secara aktif membangun hubungan antara yang ia pelajari dengan apa yang ia sudah ketahui.

0 komentar:

Posting Komentar