Komunikasi secara umum dapat
diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan
ke penerima pesan untuk memberitahu pendapat atau perilaku bail langsung secara
lisan, maupun tak langsung melalui media. Di dalam berkomunikasi tersebut harus
dipikirkan bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan seseorang itu dapat
dipahami orang lain. Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang dapat
menyampaikan dengan berbagai bahasa termasuk bahasa matematis.
Kemampuan siswa dalam menyamapaikan
sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau slaing berhubungan yang
terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang
dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya
berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang
terlibat dalam peristiwa komunikasi di dalam kelas adalah guru dan siswa. Cara
pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun tulisan.
Di dalam pembelajaran matematika di
kelas, komunikasi gagasan matematika bias berlangsung antara guru dan siswa,
antara buku dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa. Menurut Hiebert setiap
kali kita mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika, kita harus menyajikan
gagasan tersebut dengan suatu cara tertentu. Ini merupakan hal yang sangat
penting, sebab bila tidak demikian, komunikasi tersebut tidak akan berlangsung
efektif. Gagasan tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan orang yang kita
ajak berkomunikasi. Kita harus mampu menyesuaikan dengan system representasi
yang mampu mereka gunakan. Tanpa itu, komunikasi hanya akan berlangsung satu
arah dan tidak tepat sasaran.
Within (1992) menyatakan kemampuan
konunikasi penting ketika diskusi antar siswa dilakukan, dimana siswa
diharapkan mampu menyarakan, menjelaskan, m]enggambarkan, mendengar,
menanyakan, dan bekerjasama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang
mendalam tentang matematika. Anak-anak yang diberikan kesempatan untuk berkerja
dalam kelompok dalam mengumpulkan dan menyajikan data, mereka menunjukkan
kemampuan baik di saat mereka saling mendengarkan ide yang satu dan yang lain,
mendiskusikannya bersama kemudian menyusun kesimpulan yang menjadi pendapat
kelompoknya. Ternyata mereka belajar sebagian besar dari komunikasi dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka.
Menurut Utari Sumarno (dalam
Sulastri, 2009), kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari
kemampuan berikut :
·
Menghubungkan benda nyata, gambar, dan
diagram ke dalam ide matematika.
·
Menjelaskan ide, situasi, dan relasi
matematis secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan
alajabar
·
Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam
bahasa atau simbol matematika
Dalam
konteks matematika, siswa dilibatkan secara aktif untuk berbagai ide dengan
siswa lain dalam mengerjakan soal-soal matematika. Ketika sebuah konsep
informasi matematika diberikan oleh seorang guru kepada siswa ataupun siswa
dilibatkan secara aktif dalam mengerjakan matematika, memikirkan ide-ide
mereka, menulis, atau berbicara dengan dan mendengarkan siswa lain, dalam
berbagai ide, maka saat itu sedang terjadi transformasi informasi matematika
dari komunikator kepada komunikan, atau sedang terjadi komunikasi matematika.
Komunikasi
dalam pembelajaran matematika adalah penting. Komunikasi dalam matematika
menolong guru memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasikan dan
mengekspresikan pemahamannya tentang konsep dan proses matematika yang mereka
pelajari. Sebagaimana yang dikatakan Peressini dan Bassett (NCTM, 1996) bahwa
tanpa komunikasi dalam matematika kita akan memiliki sedikit keterangan, data,
dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi
matematika. Dalam bagian lain, Lindquist (NCTM, 1996) berpendapat “Jika kita
sepakat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai
bahasan terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi
merupakan esensi dari mengajar, belajar, dan meng-assess matematika:. Jadi
jelaslah bahwa komunikasi matematika merupakan kemampuan mendasar yang harus
dimiliki pelaku dan pengguna matematika selama belajar dan mengajar matematika.
Baroody (Ansari: 2003) mengatakan
bahwa pembelajaran harus dapat membantu siswa mengkomunikasikan ide matematika
melalui lima aspek komunikasi yaitu representing
(representasi), listening (mendengar), reading (membaca), discussing (diskusi), dan writing
(menulis).
Representing
(representasi) adalah bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu masalah
atau ide dan translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam simbol atau
kata-kata (NCTM, 1998: 26). Misalnya, representasi bentuk perbandingan ke dalam
beberapa model kongkrit, dan representasi suatu diagram ke dalam bentuk simbol
atau kata-kata. Representasi dapat membantu anak menjelaskan konsep atau ide,
dan memudahkan anak mendapatkan strategi pemecahan masalah (Ansari, 2003:21).
Listening (mendengar)
merupakan aspek penting dalam suatu komunikasi. Seseoarang tidak akan memahami
suatu informasi dengan baik apabila tidak mendengar yang diinformasikan. Dalam
kegiatan pembelajran mendengar merupakan aspek penting. Ansari (2003: 23)
mengatakan bahwa mendengar merupakan aspek penting dalam komunikasi. Siswa
tidak akan mampu berkomentar dengan baik pabila tidak mampu mengambil intisari
dari suatu topik diskusi. Siswa sebaiknya mendengar dengan berhati-hati
manakala ada pertanyaan dan komentar teman-temannya, baroody (Ansari, 2003: 23)
mengatakan bahwa mendengar secara hati-hati terhadap pertanyaan teman dalam
suatu grup juga dapat membantu siswa mengkonstruksi lebih lengkap pengetahuan
matematika dan mengatur strategi jawaban yang lebih efektif. Pentingnya
mendengar juga dapat mendorong siswa berfikir tentang jawaban pertanyaan.
Reading (membaca)
merupakan salah satu bentuk komunikasi matematika adalah kegiatan membaca
matematika. Membaca matematika memiliki peran sentral dalam pembelajaran
matematika. Sebab, kegiatan membaca mendorong siswa belajar bermakan secara
aktif. Istilah membaca diartikan sebagai serangkaian keterampilan menyusun
intisari informasi suatu teks.
Kemampuan
mengemukakan ide matematika dari suatu teks, baik dalam nentuk lisan maupun tulisan
merupakan bagian penting dari standar komunikasi matematika yang perlu dimiliki
siswa. Sebab, seseorang pembaca dikatakan memahami teks tersebut secara
bermakna apabila ia dapat mengemukakan ide dalam teks secara benar dalam
bahasanya sendiri. Karena itu, untuk memeriksa apabila siswa telah memiliki
kemampuan membaca teks matematika secara bermakana, maka dapat diestimasi
melalui kemampuan siswa menyampaikan secara lisan atau menuliskan kembali ide
matematika dengan bahasanya sendiri.
Discussing
(diskusi) merupakan salah satu wahana berkomunikasi. Dalam diskusi akan terjadi
transfer informasi antar komunikan, antar anggota kelompok diskusi tersebut,
diskusi merupakan lanjutan dari membaca dan mendengar. Siswa akan mampu menjadi
peserta diskusi yang baik, dapat berperan aktif dalm diskusi, dapat
mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya apabila mempunyai kemampuan untuk
membaca, mendengar, dan mempunyai keberanian yang memadai. Diskusi dapat
menguntungkan, melalui diskusi siswa dapat memberikan wawasan baru bagi
per\sertanya, juga diskusi dapat menanamkan dan meningkatkan cara berpikir
kritis.
Beberapa
kelebihan dari diskusi kelas menurut Baroody (Ansari, 2003: 25) antara lain:
·
Dapat mempercepat pemahaman materu
pembelajaran dan kemahiran menggunakan strategi
·
Membantu siswa mengkonstruksi pemahaman
matematik
·
Menginformasikan bahwa para ahli
matematika biasanya tidak memecahakan masalah sendiri-sendiri, tetapi membangun
ide bersama pakar lainnya dalam suatu tim
·
Membantu para siswa menganalisis dan memecahakan
masalah secara bijaksana
Writing
(menulis) merupakan salah satu kemampuan yang berkontribusi terhadap kemampuan
komunikasi matematis adalah menulis. Dengan menulis, siswwa dapat mengungkapkan
atau merefleksikan pikirannya lewat tulisan (dituangkan di atas kertas atau
alat tulis lainnya). Dengan menulis, siswa secara aktif membangun hubungan
antara yang ia pelajari dengan apa yang ia sudah ketahui.
0 komentar:
Posting Komentar