Salah
satu filosofi yang mendasari pendekatan realistik adalah bahwa matematika
bukanlah satu kumpulan aturan atau sifat-sifat yang sudah lengkap yang harus
siswa pelajari. Menurut Freudenthal (1991) matematika bukan merupakan suatu
subjek yang siap saji untuk siswa, melainkan bahwa adalah suatu pelajaran yang
dinamis yang dapat dipelajari dengan cara mengerjakannya.
Dalam kerangka pendekatan realistik
dalam pembelajaran matematika Freudenthal (1991) menyatakan bahwa “Mathematic as human activity”, yang
artinya adalah matematika sebagai aktivitas manusia. Karenanya, pembelajaran
matematika disarankan berangkat dari aktivitas manusia.
Berdasarkan pendapat-pendapat
tersebut, pembelajaran matematika dengan pendekatan relaistik adalah suatu
pendekatan dengan cara penyampaian materi matematika yang didasari hal-hal
nyata yang pernah dialami siswa agar siswa aktif dalam proses penemuan
konsep-konsep matematika.
Dalam filosofi realistik, kepada
siswa diberikan tugas-tigas yang mendekati kenyataan, yaitu yang dari dalam
siswa akan memperluas dunia kehidupannya. Kemajuan individu maupun kelompok
dalam proses belajar - seberapa jauh dan seberapa cepat – akan menentukan spektrum
perbedaan dari hasil belajar dan posisi individu tersebut.
Pembelajaran matematika dengan
pendekatan realistik diketahui sebagai pendekatan yang telah berhasil di
Belanda. Ada suatu hasil yang menjanjikan dari penelitian kuantitatif dan
kualitatif yang telah ditunjukkan bahwa siswa di dalam pendekatan relistik
mempunyai skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan pendekatan tradisional dalam hal keterampilan berhitung,
lebih khusus lagi dalam aplikasi (Becker & Selter, 1996). Gagasan
pendekatan realistik dalam pembelajaran metematika tidak hanya popular di
negeri Belanda saja, melainkan banyak mempengaruhi kerjanya para pendidik
matematika di banyak bagian di dunia (freudenthal, 1991; Gravemeijer, 1994;
Streefland, 1991).
Beberapa penelitian pendahuluan di
beberapa Negara menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan realistik
sekurang-kurangnya dapat membuat :
·
Matematika menjadi lebih menarik,
relevan, dan bermakna, tidak terlalu formal, dan tidak terlalu abstark
·
Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa
·
Menekankan belajar matematika pada “learning by doing”
·
Memfasilitasi penyelesaian matematika
dengan tanpa penyelesaian (algoritma) yang baku.
·
Menggunakan konteks sebagai titik awal
pembelajaran matematika (Kuiper & Knuver, 1993).
Pengembangan
pendekatan realisitik dalam pembelajaran matematika merupakan salah satu usaha
meningkatkan kemampuan siswa memahami matematika. Usaha-usaha ini dilakukan
sehubungan dengan adanya perbedaan antara ‘materi’ yang dicita-citakan oleh kurikulum
tertulis dengan ‘materi yang diajarkan’, serta perbedaan antara ‘materi yang
diajarkan’ dengan materi yang ;dipelajari siswa’ (Niss, 1996).
Terdapat
lima prinsip utama dalam “kurikulum” matematika dengan pendekatan relastik (Tim
MKPBM, 2001), yaitu:
1. Didominasi
olieh masalah-masalah dalam konteks, melayani dua hal yaitu sebagai sumber dan
sebagai terapan konsep matematika;
2. Perhatian
diberikan pada pengembangan model-model, situasi, skema, dan simbol-simbol;
3. Sumbangan
dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat pembelajran menjadi konstruktif
dan produktif, artinya siswa memproduksi sendiri dan mengkonstruksi sendiri
(yang mugkin berupa algoritma, rule, atau aturan), sehingga dapat membimbing
para siswa dari level matematika informal menuju matematika formal;
4. Interaktif
sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika; dan
5. Interviewing
(membuat jalinan) antar topic atau antar pokok bahasan.
0 komentar:
Posting Komentar